"Aduh baunya harum banget! Tante Endang masak apa sih? Nasi kebuli ya"? Pertanyaan penuh rasa ingin tahu ini dilontarkan oleh keponakan saya, Rafif, yang biasa kami panggil 'Abang' di keluarga. Putra pertama adik saya, Wiwin, ini sebenarnya termasuk picky eater namun jika sudah menyukai satu jenis makanan maka nafsu makannya susah untuk di rem dan nasi kebuli merupakan makanan favoritnya. Pada waktu-waktu tertentu, jika ada acara spesial di rumah atau ketika Ibu saya sedang datang ke Jakarta maka adik saya biasanya akan membeli nasi kebuli di sebuah restoran khusus makanan ini di Mampang. Bisa dipastikan Abang akan menyantap satu porsi besarnya sendiri. Nah harum si nasi kebuli yang kaya rempah ini mirip dengan kuah tongseng yang sedang saya masak saat itu.
"Bukan nasi kebuli Bang, tapi tongseng daging kambing. Abang suka nggak"? Jawab Wiwin sembari mengajukan pertanyaan susulan. Berbeda dengan adiknya, Fatih, yang penggemar masakan tradisional maka selera Abang lebih western, jadi kami kurang yakin apakah dia akan menyukai si tongseng. "Abang belum pernah makan tongseng, tapi baunya harum seperti nasi kebuli, jadi pasti enak. Kapan matangnya Bu? Abang sudah lapar," saat itu jam memang sudah menunjukkan pukul dua belas siang dan sejak pagi perut bocah usia tiga belas tahun ini hanya diganjal dengan setangkup roti bakar dan segelas jus jeruk. "Bentar lagi ya, dagingnya belum empuk." Dan sejak kunjungan pertamanya itu, Abang telah berkali-kali kembali ke dapur untuk melongok sepanci tongseng yang sedang direbus di kompor, dan berulangkali bocah itu keluar dari dapur dengan tampang kecewa. Daging kambing yang sedang direbus tak kunjung empuk. ^_^
Klik untuk baca selanjutnya..."Bukan nasi kebuli Bang, tapi tongseng daging kambing. Abang suka nggak"? Jawab Wiwin sembari mengajukan pertanyaan susulan. Berbeda dengan adiknya, Fatih, yang penggemar masakan tradisional maka selera Abang lebih western, jadi kami kurang yakin apakah dia akan menyukai si tongseng. "Abang belum pernah makan tongseng, tapi baunya harum seperti nasi kebuli, jadi pasti enak. Kapan matangnya Bu? Abang sudah lapar," saat itu jam memang sudah menunjukkan pukul dua belas siang dan sejak pagi perut bocah usia tiga belas tahun ini hanya diganjal dengan setangkup roti bakar dan segelas jus jeruk. "Bentar lagi ya, dagingnya belum empuk." Dan sejak kunjungan pertamanya itu, Abang telah berkali-kali kembali ke dapur untuk melongok sepanci tongseng yang sedang direbus di kompor, dan berulangkali bocah itu keluar dari dapur dengan tampang kecewa. Daging kambing yang sedang direbus tak kunjung empuk. ^_^
0 Response to "Resep Tongseng Kambing Favorit Abang"
Post a Comment