"Bu, di daerah sini warungnya mahal! Tomat mahal, cabai mahal, sayuran mahal. Masa kacang panjang cuman 10 biji harganya lima ribu." Keluhan Heni yang kesekian kalinya ini lama-lama membuat saya 'puyeng' dibuatnya. Mantan asisten rumah tangga saya ini sekarang bekerja di rumah Wiwin di Mampang, dan berbeda dengan rumah Pete yang sangat dekat dengan pasar Blok A maka rumah adik saya cukup jauh jaraknya dari pasar. Setiap hari Heni biasanya berbelanja keperluan sehari-hari di sebuah warung sayuran yang tak jauh dari kompleks rumah. Karena menjadi satu-satunya warung yang menjual sayur di daerah tersebut maka tak heran jika harganya dibandrol gila-gilaan. Bagi Heni yang terbiasa berbelanja di pasar Blok A maka harga bahan makanan di warung tak urung membuatnya shock.
Saya tahu jika harga bahan-bahan kebutuhan pokok beranjak naik, berkebalikan dengan harga saham di Bursa Efek yang justru jatuh tiarap. Dimulai dengan harga daging sapi yang tak kunjung turun sejak Lebaran, harga telur pun perlahan namun pasti mulai naik, dan daging ayam yang menjadi andalan saya untuk menggantikan si daging sapi bahkan ikut-ikutan menjadi mahal. Tapi mau bagaimana lagi? Kondisinya memang seperti ini, pilihannya hanya membelinya atau tidak berbelanja sama sekali. Tidak belanja berarti dapur tidak 'ngebul' dan ujungnya adalah tidak ada makanan. Semakin dipikir semakin bertambah stress sendiri. Tobat! ^_^
0 Response to "Resep Ikan Tongkol Masak Woku Belanga"
Post a Comment