"En, Dimas sedang ada di Paron. Mau dibawakan apa dari sini?" Tanya Ibu saya melalui telepon beberapa waktu yang lalu. Dimas adalah adik bungsu saya yang berkuliah di Jakarta dan saat itu sedang dalam rangka liburan semesteran di Paron. "Apa ya Ma? Tahu kopong saja deh yang banyak," jawab saya. Tahu goreng kopong di Paron luar biasa murah harganya dan rasanya pun mantap, setiap kali Ibu saya datang ke Jakarta maka tahu goreng tersebut selalu menjadi oleh-oleh yang laris manis diserbu. "Katanya dulu kepengen titip pete sama jengkol? Ini lagi banyak dan murah banget harganya. Pete se-papan cuman seribu rupiah saja", jawaban Ibu saya tersebut mengingatkan akan angan-angan saya ketika beliau masih di Jakarta bulan lalu.
"Kalau datang lagi ke Jakarta titip pete sama jengkol dong Ma, disini mahal banget", cetus saya waktu itu. "Wah di Paron murah banget, tapi Mama nggak pernah beli. Habis ntar capek bersihin kamar mandinya." Walau sebenarnya enggan juga membayangkan aroma dapur dan kamar mandi jika mengkonsumsi dua makhluk berbau bernama petai dan jengkol, tetapi rasa penasaran hendak membuat aneka masakan dari jengkol membuat saya tetap nekat mencobanya. Sudah banyak pembaca menanyakan resep jengkol yang mantap dan saya teringat dengan semur jengkol sedap yang sering dibuat kakak teman kantor saya, Astri. Semur jengkolnya sangat pulen, legit, dengan bumbu medhok melimpah dan ajaibnya tidak berbau saat dikonsumsi. Resepnya tentu saja menjadi rahasia keluarga dan saya enggan menanyakannya, tapi satu tips dari Astri yaitu merendam jengkol dengan air cucian beras selama beberapa hari tetap terpatri dalam ingatan saya.
0 Response to "Resep Semur Jengkol a la My Mom - Super duper mantap! ^_^"
Post a Comment